Hasil
Wawancara Tradisi Attaqohan
di
Kampung Pamokolan
Narasumber : Ust. Rahmat Taufiq/ Ust. Mamat
( Perintis tradisi Attaqohan di Kp.Pamokolan )
ATTAQOHAN
Attaqohan yaitu salah satu tradisi masyarakat
Kp.Pamokolan Desa.Pamokolan Kec.Cihaurbeuti Kab.Ciamis. Attaqah yaitu pembebasan atau pemerdekaan.
Maksudnya memerdekakan mayit. Dengan harapan Di alam kubur, supaya mati terhindar dari
siksa kubur, di akhirat supaya mayit terhindar dari api neraka dengan washilah Laa ilaaha illallah.
Sebagian orang menamakannya Fidaan
berasal dari kata fida’ (الفداء)
yang berarti tebusan. Banyak juga yang menyebutnya Dzikir Fida’.Kegiatan
attaqoh ini dilaksanakan bilamana ada masyarakat dari Kp.Pamokolan yang
meninggal dunia, maka diadakanlah Attaqoh di malam harinya. Sejarah dari adanya tradisi Attaqoh di
Kp.Pamokolan, Ust.Mamat sebagai perintis utamanya menjelaskan bahwasannya dulu
ketika beliau mondok di Pesantren Utsmaniyyah Cikole, disana dibudayakan
kegiatan attaqoh, kemudian beliau bertekad mencoba membudayakan attaqoh ini di
Kp.Pamokolan yaitu sekitar tahun duaribuan, ketika itu yang meninggal
Bapak.Idris (alm), dan Alhamdulillah tetap berjalan hingga saat ini. Hingga saat ini mayit yang
sudah di attaqohkan sekitar 125 mayit. Kegiatan attaqoh ini jarang dilakukan di
setiap daerah, hanya ketika tahun 2016 mulailah beberapa kampung yang ada di Desa Pamokolan, mengadakan
attaqoh juga, yaitu Kp.Desa,
Kp.Kersamenak, Kp.Pasajen dll. Kegiatan attaqoh ini, jarang dilaksanakan di
daerah-daerah lain. Attaqoh tidak jauh beda dari kegiatan “tahlilan” yang
umumnya sudah dilaksanakan di banyak daerah, hanya saja kegiatan tahlillan
dilaksanakan ketika hari ke-1 sampai hari ke-7 , kemudian hari ke-40 , sebagian
ada yang hari ke-100 juga. Sedangkan attaqoh dimalam harinya. Persamaannya.
Kegiatan attaqoh ini mengamalkan tahlil yaitu “laailahaillalah”. Sebenarnya
Attaqoh itu ada dua macam yaitu attaqoh sughro dan attaqoh kubro. Attaqoh sugro
yaitu melafalkan lailahaillallah sebanyak 70.000 kali. Sedangkan attaqoh kubro
melafalkan surah al-ikhklas sebanyak 70.000 kali. Attaqoh yang di amalkan di Kp.Pamokolan
yaitu attaqoh sughro, yang di pimpin oleh ust/ajengan di setempat. Kegiatan
attaqoh di ikuti oleh semua masyarakat laki-laki ataupun perempuan dari semua
RT (7 RT) yang ada di Kp.Pamokolan, yang bertempat di Masjid Jami’ Arrahmat.
Pelaksanaan Attaqoh sama halnya dengan kegiatan tahlilan, pengajian yang
diawali dengan tawasul, hanya saja ketika pembukaan pemimpin attaqohan biasanya
sambutan atas nama keluarga yang berduka . Disamping itu, ketua DKM menghitung
mujtami’ yang hadir untuk menentukan putaran
pelafalan la ilaahaillallah per orangnya. Kemuadian ditutup dengan do’a seperti
biasa.
Hikmah dari kegiatan Attaqoh ini, selain sebagai ajang
silaturrahim antara masyarakat setempat, juga mengingatkan kepada kita suatu
kematian, bahwasannya kitapun akan mengalami hal yang sama yaitu sebuah
kematian. Selain itu juga, sebagian keterangan dari beberapa kitab menerangkan
sebagai investasi amalan kita di akhirat kelak.
Berikut keterangan-keterangan yang menjelaskan makna dan
hikmah dari attaqah :
. Dalam kitab Irsyad al-‘Ibad halaman 4,
karya Syaikh Zainuddin Abdul Aziz al-Malibari:
وَحُكِىَ
اَيْضًا فِيْهِ عَنِ الشَّيْخِ أَبِي يَزِيْدَ الْقُرْطُبِى قَالَ سَمِعْتُ فِى
بَعْضِ اْلأَثاَرِ أَنَّ مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَرَّةٍ
كَانَتْ لَهُ فِدَآءً مِنَ النَّارِ.
Dikisahkan dari Syaikh Abi Yazid
al-Qurthubi: “Saya mendengar dari sebagian atsar (perkataan sahabat):
“Barangsiapa mengucapkan kalimat ‘La Ilaha Illallah’ sebanyak 70.000 kali, maka
kalimat tersebut menjadi tebusan baginya dari api neraka.”
Amaliah Abu Zaid Al-Qurthubi
وَقَالَ أَبُوْ الْعَبَّاسِ أَحْمَدُ الْقَسْطَلَانِي سَمِعْتُ الشَّيْخَ أَبَا عَبْدِ اللهِ الْقُرَشِي يَقُوْلُ سَمِعْتُ أَبَا زَيْدٍ الْقُرْطُبِي يَقُوْلُ فِي بَعْضِ الْآثَارِ أَنَّ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ سَبْعِيْنَ أَلْفَ مَرَّةٍ كَانَتْ فِدَاءَهُ مِنَ النَّارِ، فَعَمِلْتُ ذَلِكَ رَجَاءَ بَرَكَةِ الْوَعْدِ، فَفَعَلْتُ مِنْهَا لِأَهْلِي وَعَمِلْتُ أَعْمَالًا أِدَّخَرْتُهَا لِنَفْسِي (المستطرف في كل فن مستظرف - ج 1 / ص 483 شهاب الدين محمد بن أحمد أبي الفتح الأبشيهي دار الكتب العلمية - بيروت)
“Abu al-Abbas Ahmad al-Qasthalani
berkata: Saya mendengar Syaikh Abu Abdillah al-Qurasyi berkata: Saya mendengar
Abu Zaid al-Qurthubi (473 H) berkata dalam sebagian atsar, bahwa orang yang
mengucapkan La ilaha illa Allah 70.000 kali, akan menjadi penebus baginya dari
nereka. Saya mengamalkannya mengharap berkah janji. Kemudian saya mengamalkan
sebagiannya untuk keluarga saya, dan saya mengamalkan beberapan amalan yang
saya investasikan untuk saya sendiri” (Syihabuddin al-Absyihi dalam
al-Mustathrif, 1/483)
Fatwa Ibnu Taimiyah :
وَسُئِلَ عَمَّنْ هَلَّلَ
سَبْعِينَ أَلْفَ مَرَّةٍ وَأَهْدَاهُ لِلْمَيِّتِ يَكُونُ بَرَاءَةً لِلْمَيِّتِ
مِنْ النَّارِ حَدِيثٌ صَحِيحٌ ؟ أَمْ لَا ؟ وَإِذَا هَلَّلَ الْإِنْسَانُ
وَأَهْدَاهُ إلَى الْمَيِّتِ يَصِلُ إلَيْهِ ثَوَابُهُ أَمْ لَا ؟ الْجَوَابُ
فَأَجَابَ : إذَا هَلَّلَ الْإِنْسَانُ هَكَذَا : سَبْعُونَ أَلْفًا أَوْ أَقَلَّ
أَوْ أَكْثَرَ . وَأُهْدِيَتْ إلَيْهِ نَفَعَهُ اللَّهُ بِذَلِكَ وَلَيْسَ هَذَا
حَدِيثًا صَحِيحًا وَلَا ضَعِيفًا . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ . (مجموع فتاوى ابن تيمية
– ج 5 / ص 471)
“Ibnu Taimiyah ditanya tentang orang
yang Tahlil 70.000 kali dan menghadiahkan kepada mayit untuk membebaskannya
dari neraka. Apakah ini hadis sahih? Dan jika seseorang membaca Tahlil dan
menghadiahkan kepada mayit apakah pahalanya sampai atau tidak? Ibnu Taimiyah
menjawab: Jika seseorang membaca Tahlil 70.000 kali, kurang atau lebih dan
dihadiahkan kepada mayit, maka Allah akan memberi manfaat kepadanya dengan
Tahlil tersebut. Ini bukan hadis sahih dan dlaif” (Majmu’ al-Fatawa 5/471)