Senin, 04 September 2017

MENGENAL SEJARAH TRADISI "ATTAQOHAN" DI DUSUN PAMOKOLAN

Hasil Wawancara Tradisi Attaqohan
di Kampung Pamokolan
Narasumber     : Ust. Rahmat Taufiq/ Ust. Mamat
  ( Perintis tradisi Attaqohan   di Kp.Pamokolan )

ATTAQOHAN
Attaqohan yaitu salah satu tradisi masyarakat Kp.Pamokolan Desa.Pamokolan Kec.Cihaurbeuti Kab.Ciamis. Attaqah yaitu pembebasan atau pemerdekaan. Maksudnya  memerdekakan mayit. Dengan harapan  Di alam kubur, supaya mati terhindar dari siksa kubur, di akhirat supaya mayit terhindar dari api neraka dengan washilah Laa ilaaha illallah. Sebagian orang menamakannya Fidaan berasal dari kata fida’ (الفداء) yang berarti tebusan. Banyak juga yang menyebutnya Dzikir Fida’.Kegiatan attaqoh ini dilaksanakan bilamana ada masyarakat dari Kp.Pamokolan yang meninggal dunia, maka diadakanlah Attaqoh di malam harinya.  Sejarah dari adanya tradisi Attaqoh di Kp.Pamokolan, Ust.Mamat sebagai perintis utamanya menjelaskan bahwasannya dulu ketika beliau mondok di Pesantren Utsmaniyyah Cikole, disana dibudayakan kegiatan attaqoh, kemudian beliau bertekad mencoba membudayakan attaqoh ini di Kp.Pamokolan yaitu sekitar tahun duaribuan, ketika itu yang meninggal Bapak.Idris (alm), dan Alhamdulillah tetap berjalan  hingga saat ini. Hingga saat ini mayit yang sudah di attaqohkan sekitar 125 mayit. Kegiatan attaqoh ini jarang dilakukan di setiap daerah, hanya ketika tahun 2016 mulailah beberapa kampung  yang ada di Desa Pamokolan, mengadakan attaqoh  juga, yaitu Kp.Desa, Kp.Kersamenak, Kp.Pasajen dll. Kegiatan attaqoh ini, jarang dilaksanakan di daerah-daerah lain. Attaqoh tidak jauh beda dari kegiatan “tahlilan” yang umumnya sudah dilaksanakan di banyak daerah, hanya saja kegiatan tahlillan dilaksanakan ketika hari ke-1 sampai hari ke-7 , kemudian hari ke-40 , sebagian ada yang hari ke-100 juga. Sedangkan attaqoh dimalam harinya. Persamaannya. Kegiatan attaqoh ini mengamalkan tahlil yaitu “laailahaillalah”. Sebenarnya Attaqoh itu ada dua macam yaitu attaqoh sughro dan attaqoh kubro. Attaqoh sugro yaitu melafalkan lailahaillallah sebanyak 70.000 kali. Sedangkan attaqoh kubro melafalkan surah al-ikhklas sebanyak 70.000 kali. Attaqoh yang di amalkan di Kp.Pamokolan yaitu attaqoh sughro, yang di pimpin oleh ust/ajengan di setempat. Kegiatan attaqoh di ikuti oleh semua masyarakat laki-laki ataupun perempuan dari semua RT (7 RT) yang ada di Kp.Pamokolan, yang bertempat di Masjid Jami’ Arrahmat. Pelaksanaan Attaqoh sama halnya dengan kegiatan tahlilan, pengajian yang diawali dengan tawasul, hanya saja ketika pembukaan pemimpin attaqohan biasanya sambutan atas nama keluarga yang berduka . Disamping itu, ketua DKM menghitung mujtami’ yang hadir untuk menentukan putaran pelafalan la ilaahaillallah per orangnya. Kemuadian ditutup dengan do’a seperti biasa.
Hikmah dari kegiatan Attaqoh ini, selain sebagai ajang silaturrahim antara masyarakat setempat, juga mengingatkan kepada kita suatu kematian, bahwasannya kitapun akan mengalami hal yang sama yaitu sebuah kematian. Selain itu juga, sebagian keterangan dari beberapa kitab menerangkan sebagai investasi amalan kita di akhirat kelak.
Berikut keterangan-keterangan yang menjelaskan makna dan hikmah dari attaqah :
.      Dalam kitab Irsyad al-‘Ibad halaman 4, karya Syaikh Zainuddin Abdul Aziz al-Malibari:

وَحُكِىَ اَيْضًا فِيْهِ عَنِ الشَّيْخِ أَبِي يَزِيْدَ الْقُرْطُبِى قَالَ سَمِعْتُ فِى بَعْضِ اْلأَثاَرِ أَنَّ مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ فِدَآءً مِنَ النَّارِ.

Dikisahkan dari Syaikh Abi Yazid al-Qurthubi: “Saya mendengar dari sebagian atsar (perkataan sahabat): “Barangsiapa mengucapkan kalimat ‘La Ilaha Illallah’ sebanyak 70.000 kali, maka kalimat tersebut menjadi tebusan baginya dari api neraka.”

Amaliah Abu Zaid Al-Qurthubi

وَقَالَ أَبُوْ الْعَبَّاسِ أَحْمَدُ الْقَسْطَلَانِي سَمِعْتُ الشَّيْخَ أَبَا عَبْدِ اللهِ الْقُرَشِي يَقُوْلُ سَمِعْتُ أَبَا زَيْدٍ الْقُرْطُبِي يَقُوْلُ فِي بَعْضِ الْآثَارِ أَنَّ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ سَبْعِيْنَ أَلْفَ مَرَّةٍ كَانَتْ فِدَاءَهُ مِنَ النَّارِ، فَعَمِلْتُ ذَلِكَ رَجَاءَ بَرَكَةِ الْوَعْدِ، فَفَعَلْتُ مِنْهَا لِأَهْلِي وَعَمِلْتُ أَعْمَالًا أِدَّخَرْتُهَا لِنَفْسِي (المستطرف في كل فن مستظرف - ج 1 / ص 483 شهاب الدين محمد بن أحمد أبي الفتح الأبشيهي دار الكتب العلمية - بيروت)


Abu al-Abbas Ahmad al-Qasthalani berkata: Saya mendengar Syaikh Abu Abdillah al-Qurasyi berkata: Saya mendengar Abu Zaid al-Qurthubi (473 H) berkata dalam sebagian atsar, bahwa orang yang mengucapkan La ilaha illa Allah 70.000 kali, akan menjadi penebus baginya dari nereka. Saya mengamalkannya mengharap berkah janji. Kemudian saya mengamalkan sebagiannya untuk keluarga saya, dan saya mengamalkan beberapan amalan yang saya investasikan untuk saya sendiri” (Syihabuddin al-Absyihi dalam al-Mustathrif, 1/483)

Fatwa Ibnu Taimiyah :

وَسُئِلَ عَمَّنْ هَلَّلَ سَبْعِينَ أَلْفَ مَرَّةٍ وَأَهْدَاهُ لِلْمَيِّتِ يَكُونُ بَرَاءَةً لِلْمَيِّتِ مِنْ النَّارِ حَدِيثٌ صَحِيحٌ ؟ أَمْ لَا ؟ وَإِذَا هَلَّلَ الْإِنْسَانُ وَأَهْدَاهُ إلَى الْمَيِّتِ يَصِلُ إلَيْهِ ثَوَابُهُ أَمْ لَا ؟ الْجَوَابُ فَأَجَابَ : إذَا هَلَّلَ الْإِنْسَانُ هَكَذَا : سَبْعُونَ أَلْفًا أَوْ أَقَلَّ أَوْ أَكْثَرَ . وَأُهْدِيَتْ إلَيْهِ نَفَعَهُ اللَّهُ بِذَلِكَ وَلَيْسَ هَذَا حَدِيثًا صَحِيحًا وَلَا ضَعِيفًا . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ . (مجموع فتاوى ابن تيمية – ج 5 / ص 471)

Ibnu Taimiyah ditanya tentang orang yang Tahlil 70.000 kali dan menghadiahkan kepada mayit untuk membebaskannya dari neraka. Apakah ini hadis sahih? Dan jika seseorang membaca Tahlil dan menghadiahkan kepada mayit apakah pahalanya sampai atau tidak? Ibnu Taimiyah menjawab: Jika seseorang membaca Tahlil 70.000 kali, kurang atau lebih dan dihadiahkan kepada mayit, maka Allah akan memberi manfaat kepadanya dengan Tahlil tersebut. Ini bukan hadis sahih dan dlaif” (Majmu’ al-Fatawa 5/471)




2 komentar:

  1. Alhmdllh pelaksanaan ataqoh itu sekarang sudah dilaksanakan di setiap dusun di desa pamokolan...

    BalasHapus

LIRIK LAGU HARI SANTRI 2020

  Saat ini kita telah merdeka Mari teruskan perjuangan ulama Berperan aktif dengan dasar pancasila Nusantara tanggung jawab kita Reff: ...